Rabu, 16 November 2016

Istri Tetangga Selingkuhanku


Istri Tetangga Selingkuhanku
Istri Tetangga Selingkuhanku

Mira adalah seorang tetangga ramah, dalam cerita hot ini Mira digambarkan sebagai sosok ibu muda yang baik, sopan dan ramah, tapi siapa sangka nafsu besar yang dimiliki Mira ternyata tertutup oleh keramahannya. Setelah sebelumnya cerita tentang istriku tukang selingkuh, berikut tentang perselingkuhan seorang ibu muda.

Kejadian ini terjadi sekitar satu bulan yang lalu. Waktu itu aku beserta dua orang teman kantor sedang makan siang di sebuah restoran di bilangan Kemang. Ketika aku hendak membayar makanan, aku mengantri di belakang seorang perempuan cantik yang sedang menggendong anak kecil. Karena agak lama, aku menegurnya. Ketika ia menengok ke arah aku, aku sangat kaget, ternyata ia adalah Mira.

Nah, Mira ini adalah istri tetangga aku di komplek rumah aku.

“Eh, Mas Suseno. Lagi ngapain Mas..?” tanyanya.

“Anu, aku sedang makan siang. Kamu sama siapa Mir..? Jemblung ndak ikut..?”

“Enggak Mas, dia lagi tugas luar kota. Aku lagi beli makanan, sekalian buat nanti malam. Soalnya si Ijah lagi pulang kampung juga. Ya sudah, aku keluar aja bareng Morin (anaknya-pen).”

“Kamu bawa mobil..?” tanya aku.

“Enggak tuh Mas, mobilnya dibawa Mas Jemblung ke Lampung.”

“Oo, mau pulang bareng..? Kebetulan aku juga mau langsung pulang, tadi habis tugas lapangan.”

“Ya sudah nggak apa-apa.” Singkat cerita, aku dan kedua teman aku langsung pulang ke rumah masing-masing. Sementara aku, Mira dan Morin pulang bersama di mobil aku. Sesampainya di rumah Mira yang hanya berjarak 4 rumah dari aku, Mira mengajak mampir, tapi aku bilang mau pulang dulu, ganti baju dan menaruh mobil. Karena Febry, istri aku, sedang pergi ke rumah orangtuanya, aku langsung saja pergi ke rumah Mira dengan memakai celana pendek dan kaos. Ternyata, rumah Mira tertata cukup apik. Ketika aku masuk, si Mira hanya memakai piyama mandi.

“Aku ganti baju dulu ya Mas, gerah nih,” katanya sambil tersenyum.

“Oo.., iya, si Morin mana..?” tanya aku sambil terpesona melihat kecantikan dan kemulusan body si Mira. “Anu Mas, dia langsung tidur pas sampai di rumah tadi, kasihan dia capek, aku ke kamar dulu ya Mas..!”

“Eh, iya, jangan lama-lama ya,” kata aku.

Ketika Mira masuk ke dalam kamar, dia (entah sengaja atau tidak) tidak rapat menutup pintu kamarnya. Merasa ada kesempatan, aku mencoba mengintip. Memang lagi mujur, ternyata di lurusan celah pintu itu, ada kaca lemari riasnya. Wow, untuk ukuran perempuan yang telah mempunyai anak berumur 3 tahun, si Mira ini masih punya bentuk tubuh yang bagus dan indah. Dengan ukuran 34B dan selangkangan yang dicukur, dia langsung membuat “adik kecil” aku berontak dan bangun. Dan yang menambah kaget aku, sebelum memakai daster yang hanya selutut, ia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan tidak mengenakan BH. Sebelum ia berjalan ke luar kamar, aku langsung lari ke sofa dan pura-pura membaca koran. “Eh, maaf ya Mas kelamaan.” kata Mira sambil duduk setelah sepertinya berusaha untuk membetulkan letak tali celana dalamnya yang menyempil.

“Ndak apa-apa kok, aku juga lagi baca koran. Memangnya Jemblung berapa hari tugas luar kota..?” tanya aku yang juga ‘sibuk’ membetulkan letak si ‘kecil’ yang salah orbit. Sambil tersenyum penuh arti, Mira menjawab,

“3 hari Mas, baru berangkat tadi pagi. Ngomong-ngomong aku juga sudah 2 hari ini nggak liat Mbak Febry, kemana ya Mas..?”

“Dia ke rumah orangtuanya. Seminggu. Bapaknya sakit.” jawab aku.

“Wah, kesepian dong..?” tanya Mira menggoda aku.

Merasa hal ini harus aku manfaatkan, aku jawab saja sekenanya,

“Iya nih, mana seminggu lagi, ndak ada yang nemenin. Kamu mau nemenin aku emangnya..?”

“Wah tawaran yang menarik tuh..,” jawab Mira sambil tersenyum lagi,

“Emangnya Mas mau aku temenin..? Aku kan ada si Morin, nanti ganggu Mas lagi. Mas Suseno kan belum punya anak, jadinya santai.”

“Ndak apa-apa, eh iya, aku mau tanya, kamu ini umur berapa sih? Kok keliatannya masih muda ya..?” sambil menggeser posisi duduk aku supaya lebih dekat ke Mira.

“Aku baru 27 kok Mas, aku married waktu 23, pas baru lulus kuliah. Aku diajak married Mas Jemblung itu pas dia sudah bekerja 3 tahun. Gitu Mas, memang kenapa sih..?”

“Ndak, aku kok penasaran ya. Kamu sudah punya anak umur 3 tahun, tapi kok badan kamu masih bagus banget, kayak anak umur 20-an gitu.” kata aku.

“Yah, aku berusaha jaga badan aja Mas. Biar laki-laki yang ngeliat aku pada ngiler,” katanya sambil tersenyum.

“Wah, kamu ini bisa saja, tapi memang iya sih ya, aku kok juga jadi mau ngiler nih.”

“Nah kan, mulai macem-macem ya, nanti aku jewer lho..!”

“Kalo aku macem-macem beneran, emangnya kamu mau jewer apa aku..?” tanya aku sambil terus melakukan penetrasi dari akup kanan Mira.

Merasa aku melakukan pendekatan, Mira kok ya mengerti. Sambil menghadap ke wajah aku, dia bilang,

“Wah, kalo beneran, aku mau jewer ‘kemaluannya’-nya Mas Suseno, biar putus sekalian.”

“Memangnya kamu berani..?” tanya aku,

“Dan lagi aku juga bisa mbales,”

“Aku berani lho Mas..!” sambil beneran memegang ‘kemaluan’ aku yang memang sudah minta dipegang,

“Terus Mas Suseno mbalesnya gimana..?”

“Nanti aku remes-remes lho toketmu..!” jawab aku sambil beneran juga melakukan serangan pada bagian dada. Karena merasa masing-masing sudah memegang ‘kemaluan’, kami tidak bicara banyak lagi. Aku langsung mengulum bibir Mira yang memang lembut sekali dan basah serta penuh gairah. Dan tampaknya, Mira yang sudah setengah jalan, langsung memasukkan tangannya ke dalam celana aku, tepat memegang ‘kemaluan’ aku yang maha besar itu (kata istri aku sih).