Rabu, 16 November 2016

Pengertian dari Ibu dan adik kandungku tentang keadaanku yang hiper seks

Pengertian dari Ibu dan adik kandungku tentang keadaanku yang hiper seks
Pengertian dari Ibu dan adik kandungku tentang keadaanku yang hiper seks 

Suatu saat ketika ibu tidur lebih awal, sehabis main denganku. Aku nonton tv. Di ruang tengah tampak Dina juga ada di sana. Aku duduk berdekatan. “Aku tahu kakak gituan sama ibu”, kata Dina. Aku kaget tentu saja.

“Gituan gimana?”, tanyaku jaim. “Alaah, nggak usah sok alim deh kak. Kakak ngent*t ama ibu kan?”, tanyanya. “Kalau iya kenapa?”, tanyaku menantang. “Asal ibu bahagia saja, Dina senang. Walau pun agak aneh rasanya kakak yang melakukan itu ama ibu”, katanya.

“Kamu kepengen ya?”,
“Nggak ah”
“Alah, kalau kau mau bilang aja, nggak usah malu-malu, atau kamu sudah pernah gituan ya?”
“Belum pernah, dan jangan ngejek ya!?”
“Kakak nggak percaya, kamu pasti udah nggak perawan”, kataku.

“Kakak jahat!”, katanya sambil memukul bahuku. “Aduh, koq mukul”, kataku. “Habisnya kakak jahat!”, katanya. “Kau harus tahu, aku melakukan ini juga untuk kesembuhan ibu, semakin kakak melakukannya ibu semakin membaikkan?”

Dina diam sejenak,

“Iya juga sih, ibu makin membaik”.
“Mau tau rahasia?”, tanyaku.
“Apa ?”, tanyanya.

“Sebenarnya sudah sejak dari dulu kakak ingin begini sama ibu”, kataku. “Busett…kakak ternyata…”, Dina menggeleng-geleng. “Yee…ini juga karena memang ibu wanita yang cantik”, kataku. “Apalagi kakak juga sudah dewasa kan?”

Entah bagaimana aku juga ingin begitu dengan adikku. Melihat dia hanya pakai celana pendek, bahkan aku bisa melihat putingnya yang menonjol. Kebiasaan dia kalau di rumah tak pakai BH. Alasannya gerah. Jadi hal ini pun membuatku makin terangsang.

Guna memancingnya aku keluarkan penisku. Dan mengurutnya. “Kakak ngapain? Jorok ih”, katanya. “Yeee…suka-suka dong”, kataku. Aku mengocok perlahan sambil menatap adikku itu. “Kamu boleh koq sentuh”

“Nggak ah..”, katanya.
“SENTUH!!”, aku sedikit membentak.

Adikku entah bagaimana ia tiba-tiba spontan menyentuh penisku.

“Nah, gitu…”, kataku. Sensasinya mulai aku rasakan. “Sekarang kocok dong!!”
“Udah ya kak, jangan deh”, katanya.
“Kocok!”, kataku.

Ia menurut. Mungkin perbedaan sikapku yang tadi membuat ia sedikit kaget. Aku tahu jantungnya berdegup kencang. Ia mengocoknya terus, tak beraturan. Tapi itu saja sudah membuatku nikmat. Aku lalu merangkulnya dan menciumnya, sembari ia masih mengocok. Ia kaget dan mencoba melepaskan diri, tapi aku lebih kuasa. Adikku yang SMP itu kini first kiss denganku.

Lidahku menari-nari di dalam mulutnya, ia tampak kewalahan, bahkan aku sigap kaosnya dan kuremas dadanya yang montok itu. Lalu aku menyusu kepada adikku itu, aku lucuti pakaiannya, ia meronta, “Kak…jangan…” Terlambat sudah, aku sudah menduduki perutnya, ia tak bisa ke mana-mana. Aku lucuti pakaianku, kini kami telanjang. Aku julurkan penisku ke mulutnya.

“Ayo isep!”, kataku.
“Nggak ah kak, koq jadi gini sih”, katanya.
“Isep!”, kataku.

Ia hanya nurut. Ia buka mulutnya dan aku jambak rambutnya. Kugerakkan kepalanya maju mundur. Nikmat sekali. Tak perlu lama-lama, aku sudahi permainan itu karena aku mengincar vaginanya. Segera, aku berbalik di posisi 69. Aku menjilati miss-vnya. Vagina perawan memang beda. Aku rasanya cairan itu membasahi mulutku. Lidahku terus menari-nari di dalamnya. Sementara adikku mengulum penisku dengan suara…”Hmmmhh…hmmmh…hmmmh…”

Cairan kewanitaan itu makin banyak. Dan vagina itu basah sekali. Aku sudah benar-benar puas. Lalu aku berbalik. Dan aku siap untuk menusukkan penisku yang besar dan panjang ini ke vagina Dina yang sempit. Mulanya kepalanya yang masuk, sulit sekali. Lalu aku dorong perlahan, aku tarik lagi, aku dorong lagi, vaginanya berkedut-kedut meremas-remas punyaku. Punyaku serasa ingin dia hisap.

“Kaakk….sakit kaak…jangan perkosa Dina”, katanya meminta.
“Nanti juga enak koq Din”, kataku.

Dan aku pun mulai mendorongnya sekuat tenaga. Dina memiawik tertahan. Nafasnya memburu. Vaginanya berdenyut-denyut, ia menerima ransangan penisku, aku mulai bergoyang teratur. Sembari aku menindihnya aku menciumi bibirnya.

Kakak adik ini sekarang sudah bersatu. Tak kusangka penisku bisa masuk penuh memenuhi rongga vagina adikku sendiri. Kini aku tak kuasa ingin keluar. Padahal juga baru sepuluh menit bergoyang. Dan aku pun tak bisa menyia-nyiakan ini, aku memang ingin keluar.

“Din, kakak mau menghamili kamu….ahh…keluar Diiinn…Akkkhh…aaahhkkk”, benar sekali. Spermaku muncrat dengan energi penuh. Adikku merangkulku. Karpet itu jadi saksi bahwa keperawanan adikku aku renggut. Agak lama kami berpelukan dan berguling di karpet. Sampai kemudian aku cabut punyaku. Dan melihat karpet itu bernoda.

Sperma tampak sedikit keluar dari vaginanya, karena terlalu banyak yang keluar tadi. Malam itu aku membopong adikku ke kamarnya. Ia menangis. Tentu saja ia kaget dengan yang kulakukan barusan, bahkan ia kuperkosa. “Maafkan kakak ya”, kataku. “Kalau kau mau marah, kakak ada di sini” “Percuma Dina marah, kakak sudah memerawaniku”, katanya. “Kakak harus janji, selain ibu dan Dina, kakak nggak boleh dengan wanita lain!!”

“Baiklah kakak berjanji”, kataku.
“Mulai sekarang, Dina ingin jadi istri kakak”, katanya.

Setelah itu, aku berterus terang kepada ibuku tentang kejadian tadi malam. Ibuku tak marah. Ia mengerti keadaanku yang kecanduan sex. Boleh dibilang, hubungan incest ini tak ada orang yang tahu. Bahkan ketika ibuku melahirkan anak hasil hubungan kami, demikian juga Dina. Entahla ini namanya apa.

Tapi kami berjanji akan menjaga anak-anak kami sampai ia dewasa nanti. Dan yang pasti. Hari-hariku melakukan sex dengan mereka berdua tak akan pernah usai. Dan anehnya setiap saat aku ingin sekali melakukannya dengan mereka. Ibuku yang suka dan mahir blow job, ditambah Dina yang vaginanya sempit membuatku ingin setiap hari menggaulinya. Kau tahu kalau kalian menganggap kisah ini bualan, kalian salah.

Aku benar-benar melakukannya dengan ibu dan adikku yang sampai sekarangpun masih terus kami lakukan dan tidak akan pernah berhenti sampai aku dan adikku mempunyai pasangan masing-masing.